
Kebangkitan Nasional merupakan peristiwa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme yang diikuti dengan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Selama masa penjajahan semangat kebangkitan nasional tidak pernah muncul, hingga berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sebagai mahasiswa, sudah sepantasnyalah kita memperingati momen bersejarah tanggal 20 Mei sebagai simbol kebangkitan bangsa. Hanya saja, meski Hari Kebangkitan Nasional dirayakan dengan megah, tapi sebagian besar orang sudah tidak lagi merasa tergugah kebangsaannya. Mahasiswa – mahasiswa yang masih peduli akan nasib rakyat Indonesia tergabung dalam aliansi BEM-SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) menuntut kesejahteraan berdasarkan janji – janji Jokowi-JK.
Sebagai bentuk konkret aksi kebangkitan nasional, Bidang Sosial BEM Undip mengumpulkan semangat mahasiswa untuk ikut serta dalam “Aksi Nasional 21 Mei 2015”. Aksi tersebut diikuti oleh lebih dari 2000 orang dari 50 Universitas di Indonesia.
Mengenai aksi tersebut, timbul banyak opini dari mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik. Banyak yang mendukung terselanggaranya aksi tersebut, tetapi tak sedikit yang menolaknya karena dianggap kurang efektif.
“Gerakan mahasiswa seperti itu sangat penting apalagi momentumnya sangat tepat saat Hari Kebangkitan Nasional. Memang sudah seharusnya menjadi mahasiswa harus aktif untuk turun ke jalan membela rakyat Indonesia. Lagipula, aksi tersebut bukan aksi yang tidak beralasan, aksi tersebut guna menuntut janji – janji pemerintahan Jokowi-JK. Meski saya berhalangan untuk ikut serta dalam aksi tersebut, tetapi saya berharap aksi tersebut mendapat respon positif dari pemerintah,” komentar Halida, salah satu staf BEM Fakultas Teknik Undip. Sebagian besar mahasiswa mendukung gerakan aksi nasional tersebut dikarenakan aksi tersebut dianggap fasilitator rakyat dalam penyampaian keluhannya kepada pihak pemerintahan Jokowi-JK.
“Menurut saya, aksi tersebut kurang efektif untuk dilakukan. Aksi-aksi yang sama sudah pernah kita lakukan namun pada kenyataannya pemerintahan tetap seperti ini. seharusnya dicari cara yang efektif dan solutif sehingga tidak memakan waktu dan tenaga,” ujar Viky, mahasiswa Teknik Industri Undip. Banyak komentar miring terhadap gerakan mahasiswa kali ini. Aksi tersebut dianggap tidak akan berhasil mempengaruhi pemerintahan dikarenakan kurang efektif.
Munculnya pro dan kontra dalam pelaksanaan sudah dianggap wajar, namun ada beberapa mahasiswa bahkan tidak mengetahui akan adanya aksi tersebut. Kurangnya cakupan informasi dan tidak aktifnya mahasiswa pun menjadi faktor pemicu. “Saya paham akan Kebangkitan Nasional, tetapi untuk gerakan mahasiswa kali ini saya kurang paham. Mungkin saya yang kurang peka terhadap info sekitar,” ujar Kezia, salah satu mahasiswa Teknik.
Dari opini – opini tersebut, kita dapat mengetahui bagaimana cara pandang “Cah Teknik” terhadap Aksi Nasional 21 Mei 2015. Diharapkan pemerintah juga mau mendengarkan masukan-masukan yang solutif dari para mahasiswa, karena pemerintah perlu waktu untuk memperbaiki keadaan saat ini, dan pemerintahan Jokowi yang baru berjalan sekitar 7 bulan yang pastinya perlu pendampingan dari semua elemen masyarakat termasuk mahasiswa dalam mengisi pembangunan agar momentum Hari Kebangkitan Nasional tahun 2015 ini dapat dijadikan sebagai momentum revolusi mental menuju Indonesia yang lebih baik.
Oleh : Dea Rahma Sabrina
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS