Baru-baru ini, Rektor Undip telah melantik pejabat baru. Salah satunya Kepala Departemen Teknik Geodesi yaitu Dr. Yudo Prasetyo, ST., MT yang sudah tidak asing lagi bagi Mahasiswa Teknik Geodesi. Beliau merupakan sosok yang menyukai tantangan dan hal- hal yang baru. Beliau memiliki prinsip untuk harus dua langkah lebih maju dari orang lain. Bapak Yudo mengawali perjalanan karier pendidikan sarjananya di jurusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada. Pada saat lulus S1, selain ingin meneruskan ke jenjang S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB), beliau juga mendaftarkan diri untuk masuk PNS. Namun, beliau diterima dikeduanya, “Pada saat itu saya berdoa kepada Tuhan, pengumuman yang lebih dahulu itulah takdir saya. Pada saat itu pengumuman yang datang duluan itu penerimaan S2 di ITB”, ujar Pak Yudo. Selama menempuh jenjang S2, beliau sempat terbesit ingin menjadi dosen meskipun ayah beliau merupakan seorang dokter karena di keluarga besar beliau berprinsip bahwa anak cucunya tidak diijinkan menjadi hakim, polisi dan tentara. Kemudian beliau juga meneruskan pendidikan ke jenjang S3 di ITB dengan mengambil jurusan Teknik Geodesi juga.
Ada beberapa hal yang mendorong beliau untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3, “Pertama, saya bergerak dari zona nyaman dan itu masalah chalenging, jadi melewati tantangan demi tantangan itu bagi saya passion. Kedua, saya selalu punya visi yaitu bergerak dua langkah kedepan dari apa yang saya bayangkan,” ujar Pak Yudo.
Selama masa kuliah, beliau memiliki ketertarikan dengan psikologi, karena bagi beliau berdiskusi dengan mahasiswa sangatlah menyenangkan. Selain itu, berdiskusi secara tidak langsung telah membagi ilmu dan beliau ingin membuat buku agar bermanfaat bagi orang lain. Hal tersebut beliau anggap merupakan amal jariyah yang terus mengalir walaupun sudah tiada.
Beliau juga telah mengikuti student exchange di Jepang. Ada berbagai hal yang berkesan selama mengikuti kegiatan tersebut, yaitu belajar untuk menghargai masa depan, belajar egaliter atau persamaan derajat antar golongan, suku dan lain sebagainya untuk menghadapi dunia global dan belajar menjadi sosok yang rendah hati. Beliau mengatakan bahwa sosok orang-orang yang hebat itu bukan ditentukan dari seberapa besar omongannya tetapi seberapa besar prestasinya. Hal-hal tersebut beliau peroleh selama dibimbing oleh Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D., seorang profesor asal Indonesia yang berkutat di Bidang Penginderaan Jauh. Bapak Yudo mengagumi track record dan reputasi dari Prof. Joshaphat. Selain itu beliau juga merupakan orang yang pekerja keras dan dibungkus dengan kesederhanaan, serta kedisiplinan.
Bapak Yudo pernah mengusahakan adanya Sandwich Program di Undip untuk para mahasiswa S1. Program tersebut sama halnya dengan student exchange yang segala biayanya ditanggung oleh pihak Jepang dan hanya diberikan kepada lima universitas di Indonesia. Namun, pihak Undip tidak memberikan respon positif untuk menindaklanjutinya sehingga digantikan oleh universitas lainnya. Padahal banyak sekali manfaat yang diterima dari program tersebut, seperti mahasiswa dapat belajar mengenai kebudayaan, sistem perkuliahan dan etos kerja di Jepang. Kegagalan pengadaan program ini sangat beliau sayangkan. Menurut beliau, seiring berkembangnya zaman, maka generasi muda akan semakin tertarik dengan program tersebut dan dengan teknologi yang semakin canggih akan mendorong generasi muda untuk mengeksplor dunia global.
Beliau memiliki dua harapan, khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Teknik. Harapan pertama adalah bahwa Mahasiswa FT mampu terbuka akan teknologi yang seiring berkembangnya zaman semakin canggih. Kemudian harapan yang kedua adalah agar mahasiswa memiliki visi dan etos kerja yang tinggi. (Momentum/Galih)
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS