Fakultas Teknik merupakan fakultas yang didominasi mahasiswa laki-laki dimana perbandingan jumlah mahasiswa antara laki-laki dan perempuan cukup signifikan. Namun, hal berbeda terlihat di Departemen Teknik Industri Undip, Dr. Naniek Utami Handayani S.Si, pengagum sosok Gusdur dan Habiebie ini merupakan satu-satunya perempuan yang menjabat sebagai Kepala Departemen untuk sekarang ini.
Mengawali pendidikan sarjananya di Universitas Brawijaya Malang dengan mengambil Jurusan Matematika, beliau kemudian menuntaskan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau sudah aktif berorganisasi semenjak di jenjang Sekolah Menengah. Menjadi Ketua Departemen Bidang Satu Pendidikan dan Penalaran pada Senat Mahasiswa Univeritas Brawijaya, serta aktif dalam himpunan maupun UKM tingkat fakultas. Berbagai tantangan hidup sudah pernah dilewati, membuat beliau kemudian diamanahi untuk menjadi Kepala Departemen Teknik Industri sejak tahun 2014. Menurutnya lulusan S3 seharusnya harus bisa lebih mawas diri dan tidak boleh merasa paling pintar. Karena apabila dikatakan “seorang ahli” maka ia hanya mendalami ilmu yang spesifik, sehingga apabila seseorang merasa paham terhadap banyak hal maka dia belum dapat dikatakan sebagai “seorang ahli”. Melewati jenjang S3 tidaklah mudah, perlu usaha serta harus melewati jalan yang berliku untuk sampai pada akhir, “Semua orang pernah nangis waktu S3, tidak laki laki ataupun perempuan, banyak yang menyerah.” ujarnya ketika ditemui tim reporter Momentum pada (Senin, 3/04/17). “Namun saya berprinsip, saya dosen kok, kalo saya gak lulus, terus kalo misalnya saya mau nasehatin mahasiswa saya gak bisa dong, gak akan bisa dipercaya.” tambahnya.
Menjadi satu-satunya perempuan yang berposisi sebagai kepala departemen di Fakultas Teknik tidak lantas membuat beliau terhindar dari kesulitan dan tekanan. Bahkan ketika di awal-awal menjabat sebagai kepala departemen pun beliau sering menangis, karena belum bisa beradaptasi dengan baik, namun dengan seiring waktu membuat beliau lebih kuat. “Roda itu berputar. Waktu S3 diroda paling bawah, nah pas lulus tiba tiba jadi di roda paling atas, ya jadi tergagap-gagap dengan kondisi. Ditambah tidak ada sekolah khusus ini, semuanya learning by doing. Kalau salah ya dibenarkan.” ujarnya
Menurutnya karier dosen dan struktural adalah berbeda. Karier dosen adalah bagaimana caranya agar mempunyai penelitian yang baik dan dapat mengajar dengan baik. Karena karier dosen itu bukan karier politis. Setiap orang tidak dapat sukses dikeduanya, karena orang yang berambisi di dua-duanya maka orang tersebut tidak akan pernah mendapatkan sukses lahir dan batin atau orang tersebut kurang memiliki rasa syukur. “Saya tidak menyesal karena semua jalan hidup sudah ditakdirkan bahkan sebelum kita lahir, jadi jalani saja.” tuturnya.
Ketika ditanya mengenai peran perempuan, beliau menuturkan bahwa sebagai perempuan harus bisa mencari pendapatan sendiri meskipun tidak harus dengan bekerja, dan perempuan harus mau belajar karena perempuan merupakan sosok madrasah pertama bagi anak anaknya, sehingga perempuan harus pintar. “Saya pengen banget mahasiswa siapapun itu entah mahasiswa laki-laki atau perempuan, terutama perempuan bisa sukses. Caranya bagaimana? Caranya pertama harus bisa jadi pembelajar yang mandiri. Apapun yang dikerjakan sekarang itu untuk masa depan, jadi usahakan saat ini agar kedepannya bisa sukses.” tutup beliau.
(Momentum/Dhila)
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS