Semarang (28/10/2021). Pektin adalah bahan pengental alami yang terdapat pada tumbuhan. Pektin banyak dimanfaatkan sebagai komponen tambahan penting dalam berbagai bidang seperti kosmetika, obat-obatan, dan industri pangan karena kemampuannya dalam mengubah sifat fungsional produk. Namun demikian, pektin memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi yaitu berkisar Rp 200.000-Rp 300.000 per kg. Untuk memenuhi kebutuhan pektin domestik di Indonesia, masih harus mengimpor pektin dari berbagai negara seperti Jerman, USA dan Denmark. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah impor pektin di Indonesia dari tahun 2008-2012 secara berurutan yaitu 147,6 ton; 147,3 ton; 291,9 ton; dan 240,8 ton. Jumlah impor pektin yang cukup besar dengan harga yang sangat mahal membuat biaya impor pektin berdampak terhadap pengurangan devisa negara. Padahal, sumber daya alam di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pektin masih melimpah. Akan tetapi, pemanfaatan sumber tersebut belum maksimal sehingga produksi pektin tidak sebanding dengan kebutuhan pektin.
Dihadapkan dengan permasalahan tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam bidang Artikel Ilmiah (AI) Universitas Diponegoro, yang terdiri dari Faiq Faturahman Jurusan Teknik Kimia angkatan 2019 sebagai ketua tim, Muhammad Pradhipta Irwanda Prayoga Jurusan Teknik Kimia angkatan 2019, Marthadita Nisa Ariella Jurusan Teknik Kimia angkatan 2019, Rebekka Kristin Panjaitan Jurusan Teknik Kimia angkatan 2019 dan De Caluwe, Elize Zoraya Jurusan Teknik Kimia angkatan 2019 dengan didampingi oleh Prof. Dr. Andri Cahyo Kumoro, S. T., M. T., mengembangkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan dengan menggunakan kulit jeruk manis dengan menggunakan solvent larutan asam sitrat.
Buah jeruk merupakan salah satu sumber pektin yang banyak jumlahnya di Indonesia. Karena penggunaan komoditas buah jeruk khususnya untuk segi konsumsi yang sangat banyak, maka limbah yang dihasilkan dari buah jeruk juga sangat banyak seperti limbah kulit jeruk manis. Limbah kulit jeruk hanya dibuang menjadi sampah dan tidak memiki nilai ekonomis. Kulit jeruk memiliki kandungan pektin dengan kadar mencapai 30%, relatif lebih besar dari sumber pektin lain seperti kulit apel (4-7%), kulit pisang (22,4%) sehingga limbah kulit jeruk digunakan kembali tidak akan mempengaruhi produksi dan konsumsi pangan serta dapat juga mengurangi produksi limbah di indonesia.
Pektin bisa didapatkan dengan cara ekstraksi. Proses ekstraksi ini bertujuan untuk memisahkan pektin dari jaringan tanaman. Solvent yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah solvent organik asam sitrat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi serta volume asam sitrat sebagai solvent berpengaruh pada kadar pektin, kadar metoksil, dan kadar galakturonat hasil ekstraksi, dimana konsentrasi dan volume asam sitrat sebagai solven relatif baik untuk ekstraksi pektin adalah 0,7 N dan 300 ml. Selain itu, waktu ekstraksi berpengaruh pada kadar pektin, kadar metoksil, dan kadar galakturonat hasil ekstraksi, dimana waktu ekstraksi relatif baik untuk ekstraksi pektin adalah 1 jam.
Penulis : Tim PKM-AI Universitas Diponegoro
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS